
Pinjal Tikus, Ektoparasit Populer yang dimiliki oleh Tikus
Pinjal ini diketahui sebagai 1 dari 5 vektor utama penyakit pes. Pada abad ke -14, penyakit pes sendiri pernah menyebakan wabah yang dikenal sebagai "Maut Hitam" dimana menyebabkan lebih dari 50 juta kematian di Eropa. Di Indonesia sendiri, pes telah diketahui sejak abad ke dua puluh, tahun 1905 dan hingga saat ini terdapat 4 kabupaten yang terus dilakukan pemantauan terhadapa penyakit pes, yaitu Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Beberapa jenis pinjal diketahui sebagai vektor utama pes, yaitu Xenopsylla cheopis, S.cognatus, N.fasciatus, N.sondaica, dan N.ahalae.
Tikus merupakan inang pinjal dewasa. Pinjal tikus dapat ditemukan di semua bagian tubuh tikus, terutama bagian tubuh yang memiliki rambut tebal. Pinjal pradewasa hidup di sarang atau lingkungan habitat tikus (telur, larva, dan kepompong). Pinjal tikus menyukai hidup di dalam sarang, luabang, gua, dan tempat – tempat yang terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Perkembangan optimal dapat terjadi pada lingkungan dengan suhu 18 – 27°C dengan kelembapan 70 – 90%.
Daur hidup pinjal berlangsung antara 2 – 3 minggu. Pinjal mengalami metamorfosis sempurna, dimana mengalami 4 stadium dalam daur hidupnya (telur – larva – pupa – dewasa). Secara umum, dari 100% telur pinjal, hanya 50% yang fertil, 35% persen yang berhasil menetas, dan hanya 5% yang berhasil sampai ke dalam tahap pinjal dewasa. Jumlah telur dan lokasi tempat pinjal meletakkan telur berbeda – beda tergantung jenisnya, ada yang meletakkan telur di dalam luka yang dibuatnya di dalam tubuh tikus, ada yang diantara rambut inang. X.cheopis mampu bertelur 2 -6 kali sebanyak 300 – 400 butir selama hidupnya. Sifat telur pinjal yang relatif kering, membuat telur mudah terjatuh di tempat inang beraktifitas, seperti sarang, lantai, karpet, dan lain – lain. Telur kemudian akan menjadi larva. Larva pinjal memakan bahan organik, seperti kotoran pinjal, darah kering,memangsa larva tungau atau larva serangga lainnya. Larva ini dapat ditemukan di sarang tikus, celah – celah tanah, dan tempat – tempat berlindung lainnya. Ketika sudah menjadi dewasa, pinjal menghisap darah. Tikus merupakan parasit obligat (sementara) bagi pinjal. Pinjal dewasa akan selalu menempel pada permukaan tubuh tikus.
Pengendalian pinjal tikus tergantung pada tujuan pengendalian pinjal tersebut, apakah mencegah penularan penyakit atau sebagai serangga pengganggu. Pengendalian dapat dilakukan dengan metode dusting (penaburan bubuk insektisida), penggunaan bumbung bambu berinsektisida, penggunaan pipa pralon berinsektisida, dan pengasapan.
Lalu, bagaimana pengendalian pinjal yang dilakukan tanpa insektisida? Prinsip dalam pengendalain pinjal tanpa insektisida adalah mencegah pinjal lebih penting jika dibandingkan dengan membunuh pinjal dewasa. Karena hanya 1% populasi pinjal dewasa yang terlihat dari seluruh tahap kehidupan pinjal. Pengendalian dapat dilakukan dengan:
-
Membersihkan binatang
Hal ini dapat dilakukan dengan menyisir, memotong rambut,merendam dalam bak mandi selama minimal 5 menit, dan memandikan secara teratur,
-
Membersihkan lingkungan rumah
Beberapa poin yang harus dilakukan dalam membersihkan lingkungan rumah agar terhindar dari pinjal adalah membersihkan lantai dengan cara menggenangi lantai rumah dengan air. Cara ini efektif dalam membunuh semua siklus hidup pinjal. Selain itu, karpet dan perabot rumah tangga yang menjadi tempat istirahat hewan peliharaan harus sering dibersihkan dengan alat penghisap debu atau mencucinya dan menjermurkan sampai kering.
-
Penggunaan perangkap pinjal
Cara ini dapat digunakan jika populasi pinjal di rumah tergolong sangat tinggi. Perangkap ini terdiri dari sumber sinar (lampu 5 watt, lilin, dan senter) dan alat lain seperti baki berisi air atau perekat pinjal serangga untuk membunuh pinjal. Perangkap diletakkan di bawah tempat tidur atau tempat lain yang banyak dijumpai pinjal.
-
Membatasi ruang gerak hewan kesayangan
Hewan peliharaan sebaiknya dipelihara di dalam rumah dan dijaga agar tidak sering keluar rumah
-
Pengunaan bedak pengering
Penggunaan bedak pengering (dessicant powders) ditaburka di karpet atau perabot rumah. Bedak ini akan membuat pinjal dehidrasi karena menyerap lapisan lilin dari tubuh pinjal
-
Penggunaan repelen
Pengunaan repelen dapat dilakukan dengan menggunakan repelen oral maupun dermal.Namun penggunaan repelen pada hewan peliharaan harus hati – hati terhadap kemungkinan gangguan pencernaan serta keracunan jika digunakan dalam konsentrasi tinggi.
Dengan mengetahui siklus hidup dan karakteristik dari pinjal tikus, akan membuat kita lebih memahami cara pengendaliannya.
Pustaka:
-
Ristiyanto, dkk. (2014). Buku Penyakit Tular Rodensia. Yogyakarta: UGM Press
-
Ristiyanto, dkk. (2020). Korelasi Densitas Relatif Tikus, Pinjal dan Curah Hujan Terhadap Kasus Pes di Daerah Enzootik Pes Taman Nasional Gunung Bromo Tengger, Pasuruan, Jawa Timur (Correlation of Rainfalls, Relative Density of Rats and Fleas Againts Plague Cases in The Plague Enzootic Area, at Mounts of Bromo Tengger National Park, Pasuruan East Jawa). Jurnal Biologi Indonesia 16(2): 217-225
-
World Health Organization (WHO). 2022. Fleas.Diunduh dari https://iris.who.int/handle/10665/59612/ 12 Deesember 2024.