Berita

Agenda

Kontak

 
Logo

BALAI BESAR LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN PRIMER DAN KOMUNITAS

6
Komunikasi Kesehatan: Salah Satu Kunci Cegah dan Kendalikan Penyakit DBD di Indonesia

Komunikasi Kesehatan: Salah Satu Kunci Cegah dan Kendalikan Penyakit DBD di Indonesia

Salatiga, 4 Desember 2024 - Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi ancaman serius di Indonesia, khususnya saat musim penghujan. Berdasarkan data Laporan Tahunan Demam Berdarah Dengue yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, sepanjang tahun 2022 tercatat lebih dari 70.000 kasus DBD dengan angka kematian mencapai 661 jiwa. Angka ini menyoroti pentingnya upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini, terutama di wilayah padat penduduk dan daerah yang minim informasi kesehatan terkait DBD yang memadai (Kementerian Kesehatan RI, 2023). Kasus DBD berhasil diturunkan sekitar tahun 2023 dan awal tahun 2024. Kendati demikian hingga minggu ke-41 tahun 2024 atau sekitar bulan Oktober, terdapat 203.921 kasus dengue dengan 1.210 kematian yang berasal dari 482 Kabupaten/Kota di 36 Provinsi di Indonesia. Data ini disampaikan oleh dr. Fadjar SM Silalahi selaku Ketua Tim Kerja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dalam PENTALOKA Nasional 2024 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia pada 6 November 2024 di Yogyakarta (liputan6.com).

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini masih menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat Indonesia. Pemerintah telah melaksanakan beberapa upaya dalam pencegahan dan pengendalian DBD, seperti surveilans kasus dan vektor, penggunaan larvasida dan insektisida untuk membunuh vektor, tatalaksana kasus beserta pengobatannya. Salah satu upaya penting yang tidak boleh terabaikan adalah komunikasi kesehatan yang efektif. Mengapa komunikasi kesehatan sangat penting dalam pencegahan dan pengendalian DBD?

1. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat

Sebagian masyarakat belum memahami pentingnya pencegahan DBD, termasuk langkah 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, dan pencegahan tambahan). Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2021, pemahaman masyarakat mengenai pencegahan DBD masih terbatas, terutama di daerah pedesaan yang minim akses informasi tentang cara mencegah perkembangbiakan nyamuk (Kementerian Kesehatan RI, 2022).

Komunikasi kesehatan melalui kampanye media, sosialisasi di puskesmas, atau media sosial menjadi penting agar masyarakat memahami peran mereka dalam pencegahan penyakit ini. Informasi yang mudah dipahami dan menarik akan mendorong masyarakat untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan dalam keseharian mereka.

Faktanya, banyak masyarakat yang masih belum memahami dengan baik bagaimana DBD menyebar dan cara pencegahannya, Menurut penelitian yang ditulis oleh Nining Fitrianingsih dan dipublikasikan pada Journal of Community Engagement in Health menunjukan bahwa 7 dari 10 orang ibu rumah tangga di Kabupaten Bogor masih belum memahami dengan baik bagaimana DBD menyebar dan cara pencegahannya. Komunikasi kesehatan yang efektif diharapkan menjadi solusi yang dapat membantu masyarakat memahami:

2. Mengubah Perilaku Hidup Masyarakat

Komunikasi kesehatan bukan hanya soal memberi informasi, tetapi juga mengubah perilaku masyarakat agar lebih proaktif dalam pencegahan DBD. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Health Communication, komunikasi kesehatan yang baik dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pencegahan DBD hingga 60%, dan faktanya berdasarkan survei dari Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan pada 2021, hanya sekitar 60% masyarakat rutin menguras bak mandi, meskipun ini adalah langkah dasar pencegahan DBD (Badan Litbangkes, 2021). Ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran penuh akan pentingnya pencegahan.

Dengan edukasi yang terus-menerus dan penyampaian dalam bahasa yang sederhana, perilaku hidup bersih dan sehat bisa menjadi kebiasaan. Contohnya, penyuluhan berbasis komunitas melalui kegiatan RT/RW dapat mengajak masyarakat lebih peduli dan memantau lingkungan sekitar demi menghindari perkembangbiakan nyamuk.

3. Memudahkan Deteksi Dini Kasus DBD

Deteksi dini penting untuk mencegah komplikasi yang serius. Edukasi tentang gejala DBD, seperti demam tinggi, nyeri otot, dan ruam, sebaiknya disampaikan melalui komunikasi kesehatan di puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Program early warning alert di beberapa daerah yang melibatkan kader kesehatan untuk memberikan edukasi langsung ke rumah-rumah sangat membantu masyarakat mengenali tanda-tanda awal DBD dan mencari bantuan medis dengan cepat (Kementerian Kesehatan, 2021).

Komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dan masyarakat memungkinkan:

4. Membangun Kepercayaan dan Dukungan terhadap Program Pemerintah

Komunikasi kesehatan berperan penting dalam menjembatani informasi antara pemerintah dan masyarakat. Informasi yang transparan memudahkan masyarakat memahami maksud dan tujuan dari upaya pemerintah seperti fogging atau pembagian bubuk abate untuk pengendalian DBD. Saat masyarakat mendapat informasi yang jelas dan merasa terlibat, mereka akan lebih mendukung program pencegahan pemerintah.

Komunikasi kesehatan yang baik adalah kunci utama dalam mencegah dan mengendalikan DBD di Indonesia. Dengan meningkatkan kesadaran, mengubah perilaku, dan mempermudah deteksi dini, masyarakat dapat berperan aktif dalam menurunkan kasus DBD.

Komunikasi kesehatan bukan sekadar berbicara tentang penyakit, tapi merupakan jembatan vital antara pengetahuan dan tindakan pencegahan di lapangan. Dengan komunikasi yang tepat, kita bisa mengajak masyarakat untuk bersama-sama melawan DBD mulai dari hal sederhana: mengedukasi diri dan lingkungan sekitar tentang langkah-langkah pencegahan DBD. Ingat, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan, dan komunikasi yang efektif adalah kunci dari pencegahan yang sukses.

Seperti pepatah mengatakan "Pengetahuan adalah kekuatan", melalui komunikasi kesehatan yang efektif, kita bisa memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk melindungi diri dan keluarga dari ancaman DBD.

 

Referensi:

  1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2021). Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat terkait DBD
  2. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik. (2022). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Laporan Tahunan Demam Berdarah Dengue di Indonesia 2022.
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta: Kemenkes RI
  5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2022. Jakarta: Kemenkes RI
  6. Nining, F., et al. (2021). “Upaya Pencegahan DBD Melalui Peningkatan Kualitas Pengetahuan Masyarakat Tentang Cara Penyebaran dan Pemberantasan Penyakit DBD.” Journal of Community Engagement in Health, 4(1), 40-44.
  7. Rahayu, D., & Ustiawaty, J. (2022). "Efektivitas Komunikasi Kesehatan dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue." Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Indonesia, 3(2), 45-53.
  8. Sulistyawati, S., et al. (2021). "Komunikasi Risiko Kesehatan dalam Pencegahan DBD: Studi Kasus di Daerah Endemis." Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 20(1), 40-48

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset
WhatsApp