Big Steps in Indonesia Health Development Through 6 Pillars of Transformation
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 merupakan titik tolak untuk mencapai Visi Indonesia 2045 yaitu Indonesia Maju. Pencapaian visi Indonesia 2045 dilaksanakan melalui transformasi ekonomi yang didukung oleh hilirisasi industri dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM), infrastruktur, penyederhanaan regulasi, dan reformasi birokrasi. SDM merupakan modal utama pembangunan nasional untuk menuju pembangunan yang inklusif dan merata di seluruh wilayah. Strategi pembangunan SDM mencakup beberapa bidang, dimana salah satunya adalah bidang kesehatan. Pembangunan SDM bidang kesehatan akan meningkatkan kualitas dan daya saing SDM yaitu manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter.
Sejalan dengan RPJM 2020 – 2024, Kementerian Kesehatan telah mencanangkan transformasi kesehatan melalui 6 pilar transformasi kesehatan nasional. Sampai dengan saat ini, Indonesia masih mengalami 6 (enam) masalah utama kesehatan, yaitu: 1. Kurangnya akses ke layanan primer 2. Kurangnya kapasitas pelayanan rujukan di Rumah Sakit 3. Ketahanan kesehatan yang masih lemah 4. Pembiayaan kesehatan yang masih belum efektif 5. SDM Kesehatan yang masih kurang dan tidak merata 6. Minimnya integrasi teknologi kesehatan dan regulasi inovasi bioteknologi. Output RPJM di bidang kesehatan sendiri meliputi peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana, dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi masyarakat, perbaikan pengendalian penyakit, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), dan perkuatan sistem kesehatan dan pengendalian obat dan makanan. Keenam pilar ini sejalan dengan visi presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan. Transformasi kesehatan akan menjadi pola Kementerian Kesehatan dalam melakukan reformasi di bidang kesehatan. Keenam pilar transformasi kesehatan yang saat ini sedang dijalankan akan membentuk sistem kesehatan yang lebih baik, kuat, serta terintegrasi dengan sistem kesehatan dunia.
Pilar transformasi kesehatan yang pertama adalah transformasi layanan primer. Transformasi layanan primer memiliki 18 indikator kinerja, yaitu:
- jejaring layanan primer, dimana dua program utama, yakni rebranding Posyandu Prima dan revitalisasi dan standardisasi layanan di puskesmas. Selain itu, dilaksanakan penataan 15.073 laboratorium berbagai tingkatan yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia
- Penanganan penyakit menular. Penyakit yang menjadi prioritas pemerintah diantaranya Beberapa penyakit yang menjadi prioritas diantaranya tuberkulosis (TBC), HIV, Malaria, Dengue, Polio, Campak, Hepatitis dan Rabies.
- Kabupaten dan Kota Sehat. Sampai dengan tahun 2023, 47 kabupaten/kota telah melaksanakan program ini dari target 380 kabupaten/kota.
- Gerakan Ibu Hamil Sehat sebagai salah satu program intervensi stunting. Gerakan Bumil Sehat Tahun 2022 telah dilaksanakan di 1.930 Puskesmas pada 29 Provinsi di Indonesia.
- Pemantauan pertumbuhan 75% balita secara rutin di Posyandu. Selain itu 101.797 bayi baru lahir
atau 2,3% dari total bayi baru lahir dilakukan skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).
Transformasi kedua adalah transformasi layanan rujukan yang berfokus pada melakukan peningkatan dalam hal kualitas serta pemerataan layanan kesehatan di seluruh pelosok Indonesia. Fokus transformasi layanan rujukan dimulai pada layanan spesialistik bagi 4 penyakit penyebab kematian tertinggi, sekaligus pembiayaan terbesar di Indonesia, yakni jantung, stroke, kanker, dan ginjal. Pencapaian yang telah dicapai oleh Kementerian Kesehatan diantaranya,
- Terdapat 10 provinsi yang telah memiliki RS dengan kapasitas untuk melakukan pelayanan 9 penyakit prioritas.
- Pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana untuk meningkatkan akses layanan rujukan. Beberapa program yang telah berjalan adalah pembanguan 25 RS Pratama pada tahun 2022 dan 15 RS Pratama pada tahun 2023. Kesemua Rumah Sakit tersebut berada di luar pulau jawa. Selain itu, lokus rumah sakit unit pelayanan terpadu vertikal Kementerian Kesehatan didorong di tiga daerah, yakni Surabaya, Jawa Timur; Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan Kota Makassar di Sulawesi Selatan.
- Pembangunan fasilitas kesehatan di wilayah timur Indonesia, diantaranya RSUP DR. Ben Mboi, NTT, RS UPT Vertikal Surabaya, RS UPT Vertikal Makasar, RS UPT Vertikal Papua, RS Rujukan Proyek dari Islamic Development Bank
- Sister Hospital Pelayanan Rumah Sakit, dimana pada tahun 2022, Kemenkes telah melaksanakan 8 MoU, diantaranya RSUP Hasan Sadikin Bandung dengan University Clinic Carl Gustaf Carus, Dresden; RS Kanker Dharmais Jakarta dengan National Cancer Center (NCC) Korsel; dan RSJ Marzoeki Mahdi, Bogor dengan Yongin Mental Hopsital, Korsel, dan beberapa lainnya.
Pilar ketiga adalah transformasi sistem ketahanan kesehatan. Kementerian Kesehatan berupaya memastikan minimal 50% produksi obat, vaksin, dan alat kesehatan (alkes) dari hulu ke hilir dapat diproduksi di dalam negeri. Hal ini bertujuan agar Indonesia memiliki kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan yang bisa terjadi di masa depan. Capaian dari pilar ketiga ini diantaranya,
- Industri vaksin dalam negeri telah berhasil memproduksi 9 dari 14 antigen imunisasi rutin. Sembilan vaksin tersebut adalah adalah BCG, Difteri,Pertussis, Tetanus, Hepatitis, Influenza (HIB), Polio Oral (OPV), Polio Injeksi (IPV) dan Human Papilloma Virus (HPV).
- Fasilitasi 38 industri farmasi dengan change source (pergantian sumber bahan baku impor dengan BBO produksi dalam negeri untuk industri farmasi untuk 5 bahan baku obat. BBO yang sudah selesai dilakukan change source ialah Clopidogrel, Atorvastatin, Amlodipine, Candesartan, dan Bisoprolol, sebanyak telah difasilitasi
- Ketahanan alat kesehatan. Sampai triwulan II tahun 2023, 8 dari 10 alkes terbesar by value telah diproduksi di dalam negeri, yakni Continuous ventilator, Cardiac monitor/patient monitor, Endoscopy, Mobile x-ray system, Hospital bed, Piston syringe, Stationary x-ray dan Ultrasonic pulsed doppler imaging system
- Penguatan riset vaksin dan bioteknologi, Kementerian Kesehatan melaksanakan penguatan riset vaksin dan produk bioteknologi dengan meluncurkan laboratorium jejaring Organization of Islamic Cooperation (OIC)Center of Excellence (CoE).
- Pembentukan tenaga kesehatan cadangan yang kompeten dan andal, yang berbentuk tim atau perorangan. Tenaga cadangan ini sebagai persiapan masa pra krisis kesehatan untuk dimobilisasi pada situasi darurat krisis kesehatan pada peristiwa bencana alam, non alam, dan sosial.
Transformasi kesehatan selanjutnya adalah transformasi pembiayaan kesehatan, yang bertujuan untuk memastikan pembiayaan kesehatan tersedia, cukup, berkesinambungan, teralokasi secara adil. Selain itu,tujuan lain yang akan dicapai adalah mendorong pembelanjaan secara efektif danefisien untuk mencegah penyakit, serta penyediaan layanan kesehatan yang terjangkau. Beberapa capaian yang telah dilakukan adalah
- Percepatan produksi national health account atau data belanja kesehatan nasional (pencatatan arus dana kesehatan secara sistematis dan komprehensif dalam system kesehatan suatu negara dalam satu tahun tertentu). Hal ini akan mampu memberikan potret pengeluaran kesehatan suatu negara. Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan telah berhasil melakukan percepatan produksi NHA dari dari T-2 menjadi T-1. Pencapaian NHA T-1 akan memperkuat komitmen global dalam menyampaikan angka belanja kesehatan Indonesia ke Global Health Expenditure Database di WHO.
- Digulirkannnya Pedoman Penilaian Teknologi Kesehatan di Indonesia serta pelaksanaan monitoring berkesinambungan implementasi rekomendasi HTA. Health Technology Assement (HTA) atau penilaian teknologi kesehatan adalah rangkaian kegiatan analisis yang dilakukan secara sistematis dengan pendekatan multidisiplin untuk menilai dampak penggunaan teknologi kesehatan. Penilaian ini sangat terkait erat dengan program Jaminan Kesehatan Nasional.
- Peningkatan pengguna kepesertaan JKN Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) signifikan dari tahun ke tahun.
Transformasi SDM kesehatan adalah transformasi kesehatan kelima yang dicanangkan oleh kementerian kesehatan. WHO sebagai organisasi kesehatan dunia menetapkan rasio ideal antara dokter dan masyarakat adalah 1:1000 orang. Artinya satu dokter untuk melayani 1.000 penduduk di satu wilayah. Sementara, ketersediaan dokter di Indonesia saat ini hanya 101.476 dokter dan jumlah populasi sekitar 273.984.400 jiwa.Jumlah ini tentu saja masih jauh dari kondisi ideal. Beberapa program yang kemudian dicanangkan adalah:
- Persentase RSUD kabupaten/kota yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis lainnya. Target yang dipatok sebesar 80%, dan tercapai 73,8%.
- Persentase puskesmas dengan dokter dengan target 100%, tercapai 96,01%.
- Persentase puskesmas dengan 9 jenis tenaga kesehatan sesuai standar, dipatok target 65%, tercapai 56,07%.
- Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya untuk mendukung system ketahanan kesehatan. Target sebanyak 18.600 orang, tercapai 20.717 orang.
- Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan 9 penyakit prioritas, ditargetkan sebanyak 20.000 orang, tercapai hingga 44.391 orang.
- Penempatan tenaga kesehatan secara Tim. Dari target 1.038 tenaga kesehatan, tercapai 793 nakes
- Penempatan tenaga kesehatan secara individu dengan target 2.476 nakes, pencapaiannya 2.262 nakes
Transformasi kesehatan yang terakhir adalah transformasi teknologi kesehatan. Pemanfaatan perkembangan teknologi digital, proses digitalisasi di sekitar kesehatan dapat menjadi lebih bertumbuh. Capaian transformasi teknologi kesehatan diantaranya adalah :
- Integrasi data kesehatan dalam satu platform Indonesia Health Services (IHS) bernama SATUSEHAT
- Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) sebagai program nasional pertama untuk mendeteksi potensi penyakit di masa depan sekaligus menghadirkan pengobatan yang presisi (precision medicine) bagi masyarakat. Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun pathogen seperti virus dan bakteri, atau bisa disebut dengan metode whole genome sequencing (WGS)
Percepatan transformasi kesehatan butuh kolaborasi seluruh pihak, pentingnya sinergi dan kolaborasi seluruh komponen bangsa. Dengan menjalankan keenam pilar transformasi kesehatan tersebut, kita berharap dapat memiliki sistem kesehatan yang lebih baik, kuat, serta terintegrasi dengan sistem kesehatan dunia. Partisipasi seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, swasta, maupun organisasi untuk bisa membantu menerapkan keenam pilar transformasi kesehatan akan sangat membantu pemerintah dalam menjalankan program ini. Bersama kita wujudkan Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat.
Sumber: Buku Kinerja Kementerian Kesehatan RI Tahun 2022 – 2023 “Transformasi Kesehatan Mewujudukan Masyarakat Indonesia Sehat dan Unggul